Sambut Hari Bahasa Ibu Internasional, Begini Cara Merayakannya 

Organisasi Internasional, United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), telah menetapkan tanggal 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional. Peringatan ini memiliki tujuan utama untuk meningkatkan kesadaran terhadap keanekaragaman bahasa dan budaya, serta mempromosikan penggunaan multi bahasa di seluruh dunia, mengingat diperkirakan ada 6.000-7.000 bahasa di dunia.

Sejarah peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional pertama kali diusulkan oleh UNESCO pada 17 November 1999, setelah diakui secara resmi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Gagasan awal peringatan ini berasal dari Bangladesh, yang mengalami peristiwa berdarah pada tahun 1948 terkait perselisihan antara Pakistan Timur dan Pakistan Barat mengenai penggunaan bahasa nasional.

Pada tahun 1952, Bangladesh atau Pakistan Timur berselisih dengan Pakistan Barat terkait penggunaan bahasa nasional. Bangladesh menolak penyeragaman bahasa yang dilakukan Pakistan Barat dengan mendeklarasikan bahasa Urdu. Sebagai respons, masyarakat Bangladesh melakukan protes untuk mempertahankan bahasa ibu mereka, bahasa Bangla. Protes tersebut direspons secara represif oleh Pakistan Barat, menyebabkan beberapa mahasiswa tewas dan ratusan lainnya luka-luka. Sejak saat itu, masyarakat Bangladesh merayakan Hari Bahasa Ibu Internasional sebagai kenangan akan peristiwa tragis tersebut.

Menurut Rita Handayani, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan & Kebudayaan Kota Sukabumi, peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional sejalan dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Momen ini digunakan untuk mempromosikan penggunaan bahasa ibu, seperti Bahasa Sunda, terutama di kalangan milenial di mana penggunaan bahasa ibu cenderung menurun. Upaya pelestarian bahasa ibu juga melibatkan kerja sama dengan berbagai komunitas dan organisasi yang peduli terhadap pelestarian budaya.

Sejarah dan Penetapan Hari Bahasa Ibu Internasional

Penetapan 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional tidak terlepas dari peran Rafiqul Islam, seorang pendidik dan cendekiawan asal Bangladesh yang tinggal di Vancouver, Kanada. Pada 9 Januari 1998, Rafiqul Islam menulis surat kepada Kofi Annan, sekretaris jenderal PBB saat itu, meminta langkah-langkah untuk menyelamatkan bahasa dunia dari kepunahan dengan mendeklarasikan Hari Bahasa Ibu Internasional.

Pada 17 November 1999, dalam sidang Konferensi Umum UNESCO, diputuskan bahwa 21 Februari akan menjadi Hari Bahasa Ibu Internasional. Pemilihan tanggal tersebut sesuai dengan peristiwa pembunuhan dalam memperjuangkan bahasa Bengali di Dhaka, Bangladesh, pada tahun 1952.

Perjuangan Bahasa Bengali di Dhaka

Sejak pembentukan Pakistan pada tahun 1947, terdapat dua bagian geografis yang dipisahkan oleh India, yaitu Pakistan Timur (kini Bangladesh) dan Pakistan Barat (kini Pakistan). Meskipun mayoritas penduduk menggunakan bahasa Bangla atau Bengali, Pemerintah Pakistan mendeklarasikan bahasa Urdu sebagai satu-satunya bahasa nasional pada tahun 1948.

Pada 23 Februari 1948, Dhirendra Nath Datta dari Pakistan Timur meminta agar bahasa Bangla diakui sebagai setidaknya salah satu bahasa nasional selain Urdu. Pemerintah Pakistan menanggapi dengan melarang pertemuan publik dan unjuk rasa, tetapi perjuangan terus berlanjut. Pada 21 Februari 1952, polisi melepaskan tembakan terhadap demonstran, menyebabkan beberapa mahasiswa tewas dan ratusan lainnya terluka.

Sejak peristiwa tersebut, masyarakat Bangladesh merayakan Hari Bahasa Ibu Internasional sebagai hari kenangan yang tragis. Shaheed Minar, sebuah monumen yang dibangun untuk mengenang martir, menjadi tempat di mana mereka menyatakan kesedihan, rasa hormat, dan terima kasih kepada mereka yang berkorban. Hari Bahasa Ibu Internasional kemudian dijadikan hari libur nasional di Bangladesh.

Enam Cara Merayakan Hari Bahasa Ibu Internasional

Menurut Kementerian Agama RI, terdapat enam langkah yang dapat dilakukan untuk merayakan Hari Bahasa Ibu Internasional:

1. Menggunakan Bahasa Ibu di Rumah

Penting bagi setiap individu untuk menggunakan bahasa ibu mereka di lingkungan keluarga. Ini adalah cara yang efektif untuk mempertahankan dan menghargai warisan bahasa dan budaya yang diterima dari generasi sebelumnya.

2. Menggunakan Bahasa Ibu di Lingkungan Sekitar

Selain di rumah, penggunaan bahasa ibu juga harus diperluas ke lingkungan sekitar, termasuk di tempat kerja, di sekolah, dan dalam interaksi sehari-hari dengan masyarakat. Hal ini dapat membantu memperkuat identitas budaya dan mempromosikan penggunaan bahasa ibu secara lebih luas.

3. Dukungan Pemerintah Pusat dan Daerah dalam Merawat Bahasa Ibu

Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, harus memberikan dukungan yang kuat dalam upaya pelestarian dan pengembangan bahasa ibu. Ini bisa dilakukan melalui alokasi dana dan kebijakan yang mendukung pendidikan dan promosi bahasa ibu di berbagai sektor masyarakat.

4. Kerjasama Badan Kebahasaan dengan Universitas dan Pihak Pengembangan Bahasa

Badan kebahasaan perlu menjalin kerja sama erat dengan universitas dan lembaga lain yang terlibat dalam pengembangan bahasa. Hal ini penting untuk menggiatkan program-program pelestarian bahasa ibu, seperti penelitian linguistik, pengembangan materi pembelajaran, dan pelatihan guru.

5. Menerbitkan Bacaan dalam Bahasa Ibu

Penerbitan bahan bacaan dalam bahasa ibu, seperti majalah, koran, buku fiksi, dan nonfiksi, adalah langkah penting dalam mempromosikan penggunaan bahasa ibu. Hal ini tidak hanya meningkatkan aksesibilitas terhadap literatur dalam bahasa ibu, tetapi juga memperkaya kehidupan budaya dan intelektual masyarakat.

6. Memberlakukan Mata Pelajaran Bahasa Daerah di Sekolah

Di lingkungan pendidikan, penting untuk tetap memasukkan mata pelajaran bahasa daerah dalam kurikulum sekolah, termasuk di madrasah. Ini akan membantu memperkuat identitas bahasa dan budaya lokal serta mendorong siswa untuk menghargai dan menggunakan bahasa ibu mereka dengan lebih lancar.

Dengan mengikuti langkah-langkah ini, diharapkan kita semua dapat merayakan Hari Bahasa Ibu Internasional dengan cara yang bermakna dan memperkuat keberagaman bahasa dan budaya di seluruh dunia.

Scroll to Top