Tantrum pada anak tidak bisa dihindari begitu saja memang. Ada kalanya, bahkan fase tertentu anak menjadi tantrum karena sulit mengendalikan emosi.
Sebagai orang tua pekerja, sudah pasti kebiasaan ini akan sering dihadapi oleh para babysitter di rumah. Biasanya, babysitter baru akan mengalami hal ini ketika anak belum terbiasa diasuh oleh orang lain selain orang tua mereka sendiri.
Sebagai pengasuh yang andal, Anda pasti diharuskan untuk mencari jalan keluar terhadap kondisi tersebut. Terlebih ketika anak tantrum di saat orang tua pergi bekerja. Sudah pasti hanya Anda dan anak majikan saja di dalam rumah tersebut.
Tidak perlu panik, sebagai pengasuh profesional, Anda sudah seharusnya paham apa itu emosi anak. Meluapkan emosi anak seringkali menjadi momok bagi orangtua. Namun, alih-alih menganggapnya sebagai bencana, mari kita lihat meluapkan emosi sebagai kesempatan untuk memberikan pendidikan yang berharga bagi anak-anak kita.
Mengapa Anak-Anak Meluapkan Emosi?
Meluapkan emosi dapat beragam mulai dari mengomel dan menangis hingga berteriak, menendang, memukul, dan menahan napas. Fenomena ini sama umumnya terjadi pada anak laki-laki maupun perempuan, biasanya antara usia 1 hingga 3 tahun.
Terdapat variasi dalam frekuensi meluapkan emosi, dimana beberapa anak melakukannya secara sering, sementara yang lainnya jarang. Meluapkan emosi sebenarnya merupakan bagian normal dari perkembangan anak. Hal ini adalah cara anak-anak kecil mengekspresikan ketidakpuasan atau frustasi mereka.
Meluapkan emosi dapat terjadi ketika anak-anak merasa lelah, lapar, atau merasa tidak nyaman. Mereka mungkin meluapkan emosi karena tidak bisa mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan, seperti mainan atau permen, atau tidak bisa mendapatkan perhatian dari orangtua atau kesempatan untuk melakukan aktivitas yang mereka inginkan. Belajar mengatasi frustasi adalah keterampilan yang anak-anak peroleh seiring waktu.
Biasanya, meluapkan emosi lebih sering terjadi pada tahun kedua kehidupan anak, ketika keterampilan berbahasa sedang berkembang. Karena anak kecil belum mampu mengungkapkan keinginan mereka dengan kata-kata secara jelas, pengalaman yang menimbulkan frustasi dapat memicu meluapkan emosi. Namun, seiring dengan perkembangan keterampilan berbahasa, meluapkan emosi cenderung berkurang.
Anak-anak pada usia ini ingin memiliki kemandirian dan kontrol atas lingkungan mereka, yang sering kali melebihi kemampuan mereka. Hal ini dapat menyebabkan pertarungan kekuasaan ketika anak merasa tidak mampu melakukan sesuatu atau tidak mendapatkan yang mereka inginkan.
Bagaimana Cara Menghindari Meluapkan Emosi?
Berikut beberapa tips untuk mencegah meluapkan emosi terjadi sejak dini:
1. Berikan perhatian positif yang cukup kepada anak Anda. Biasakan memberikan pujian dan perhatian atas perilaku positif mereka, serta bersikap spesifik tentang perilaku yang ingin Anda dorong.
2. Beri anak-anak balita sedikit kendali atas hal-hal kecil dengan memberikan pilihan-pilihan yang terbatas. Hal ini membantu mereka merasa memiliki kendali tanpa membuat mereka merasa terbebani dengan keputusan yang besar.
3. Simpan benda-benda yang dilarang di luar jangkauan anak, sehingga meminimalisir kemungkinan pertarungan.
4. Arahkan perhatian anak Anda dengan menawarkan kegiatan baru atau mengalihkan perhatian mereka dari hal yang membuat frustasi.
5. Bantu anak-anak belajar keterampilan baru dan memberikan kesempatan untuk merasa berhasil dalam hal-hal yang mereka lakukan.
6. Pertimbangkan dengan cermat saat anak Anda menginginkan sesuatu, dan pilih pertarungan Anda dengan bijaksana.
7. Ketahui batasan anak Anda, seperti kelelahan atau lapar, dan hindari situasi yang memicu meluapkan emosi saat mereka berada dalam kondisi tersebut.
Apa yang Harus Dilakukan Selama Meluapkan Emosi?
Saat anak Anda meluapkan emosi, penting untuk tetap tenang dalam meresponsnya. Hindari memperburuk situasi dengan reaksi emosional Anda sendiri. Ingatlah bahwa tugas Anda adalah membantu anak Anda belajar untuk tenang.
Meluapkan emosi harus ditangani secara berbeda tergantung pada alasan di balik emosi tersebut. Kadang-kadang, Anda mungkin perlu memberikan kenyamanan atau mengalihkan perhatian anak Anda dengan kegiatan yang lebih positif.
Jika meluapkan emosi terjadi untuk mendapatkan perhatian atau mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan, salah satu cara terbaik untuk mengurangi perilaku ini adalah dengan mengabaikannya. Namun, jika meluapkan emosi terjadi karena ketidakpuasan atau kekecewaan, Anda dapat mencoba mengalihkan perhatian anak Anda atau memberikan kenyamanan jika diperlukan.
Apa yang Harus Dilakukan Setelah Meluapkan Emosi?
Setelah anak Anda meluapkan emosi dan berhasil tenang kembali, berikanlah pujian dan dukungan kepada mereka. Ini akan membantu memperkuat keterampilan mereka dalam mengendalikan diri dan menunjukkan bahwa Anda mendukung mereka dalam proses belajar.
Penting juga untuk memastikan bahwa anak Anda mendapatkan cukup istirahat dan tidur yang baik. Kurangnya tidur dapat meningkatkan risiko meluapkan emosi pada anak-anak.
Kapan Harus Menghubungi Dokter?
Anda harus berkonsultasi dengan dokter jika Anda merasa kesulitan mengontrol emosi Anda sendiri atau jika meluapkan emosi anak Anda menjadi masalah yang serius dalam hubungan keluarga. Dokter juga dapat membantu Anda mengevaluasi apakah ada faktor kesehatan yang mungkin mempengaruhi perilaku anak Anda.
Meluapkan emosi anak-anak merupakan bagian normal dari perkembangan mereka. Namun, dengan pemahaman yang baik tentang penyebab dan cara mengatasi meluapkan emosi, kita dapat membantu anak-anak kita belajar mengendalikan emosi mereka dengan lebih baik dan menjadi individu yang lebih terampil dalam menghadapi tantangan kehidupan.